Rabu, 09 Mei 2018

Morfologi Tanaman Sinyo Nakal pada Intensitas Penyinaran yang Berbeda

Praktikum Budidaya Tanaman Hias
"Morfologi Tanaman Sinyo Nakal pada Intensitas Penyinaran yang Berbeda"
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sinyo nakal (Duranta erecta L.) adalah sejenis perdu hias yang biasa ditanam orang sebagai pagar hidup atau komponen taman. Terdapat sejumlah kultivar berupa tanaman pagar atau tanaman pembatas. Kultivar yang memiliki warna daun cerah dikenal sebagai teh-tehan karena menjadi tanaman pangkas seperti di perkebunan teh (anonim, 2015).
Penyinaran adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup didunia. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, penyinaran sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan.  Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Penyinaran merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman.
Pengaruh penyinaran juga berbeda pada setiap jenis tanaman. Tanaman memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari. Selain itu, setiap jenis tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran dalam satu hari yang diterima tanaman. Perbedaan respon tumbuhan terhadap lama penyinaran atau disebut juga fotoperiodisme, menjadikan tanaman dikelompokkan menjadi tanaman hari netral, tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek (Oren, Justice, 2002).
Kekurangan sinar matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau ). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya atau tanaman berada di tempat yang gelap (Tjitrosomo,S. 1983).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka praktikum “Morfologi Tanaman Sinyo Nakal pada Intensitas Penyinaran yang Berbeda” ini perlu dilakukan.

1.2. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh penyinaran yang berbeda terhadap tanaman sinyo nakal.



BAB II.  TINJAUAN PUSTAKA
Sinyo nakal (Duranta erecta L.) adalah sejenis perduhias yang biasa ditanam orang sebagai pagar hidup atau komponen taman. Terdapat sejumlah kultivar berupa tanaman pagar atau tanaman pembatas. Kultivar yang memiliki warna daun cerah dikenal sebagai teh-tehan karena menjadi tanaman pangkas seperti di perkebunan teh. Tumbuhan berasal dari Amerika Tengah ini sekarang menyebar di semua tempat tropis, di beberapa tempat bahkan mulai menjadi gulma atau spesies invasif (Australia, Tiongkok, Afrika Selatan, dan beberapa tempat di Oceania) (anonim, 2015).
Sinyo nakal kadang-kadang berupa pohon yang dapat mencapai 6 meter tingginya. Tumbuhan dewasa dapat memiliki duri yang tidak tumbuh sewaktu tumbuhan masih muda. Daun berbentuk oval atau elips, agak bergelombang tepinya, tersusun berpasangan, warnanya mulai dari kuning cerah hingga hijau agak pekat, tergantung spesies dan lingkungan tumbuh (lebih terang, warna daun lebih cerah). Bunga berwarna biru sampai ungu dengan rona putih, tersusun dalam satu cabang yang keluar dari ketiak cabang atau ujung cabang, berbunga sepanjang tahun. Buahnya berwarna kuning (hijau ketika muda), bulat, dengan diameter dapat mencapai 1 cm (Thompson, 2007).
Penyinaran adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup didunia. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, penyinaran sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan.  Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Penyinaran merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman (Tajuddin, 2011).
Pengaruh penyinaran juga berbeda pada setiap jenis tanaman. Tanaman memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari. Selain itu, setiap jenis tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran dalam satu hari yang diterima tanaman. Perbedaan respon tumbuhan terhadap lama penyinaran atau disebut juga fotoperiodisme, menjadikan tanaman dikelompokkan menjadi tanaman hari netral, tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek (Oren, Justice, 2002).
Kekurangan sinar matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau ). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya atau tanaman berada di tempat yang gelap (Tjitrosomo,S. 1983).
Intensitas cahaya dan lama penyinaran dalam fotosintesis berpengaruh pada tumbuhan, terutama pada pertumbuhan vegetatif dan kegiatan reproduksi tumbuhan. Di daerah tropis, lamanya siang dan malam kira-kira sama, yaitu 12 jam. Di daerah yang memiliki empat musim, lamanya siang hari dapat mencapai 16-20 jam. Respons tumbuhan terhadap lamanya penyinaran yang bervariasi disebut fotoperiodisme. Respon tumbuhan terhadap fotoperiodik dapat berupa pembungaan, dormansi, perkecambahan, dan perkembangan (Djakfar, Z. 1990).



BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1    Waktu Dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jumat tanggal 29 Mei 2015 pukul 08.00-09.00 WITA di laboratorium Produksi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2    Alat Dan Bahan Praktikum
3.2.1 Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah penggaris, timbangan analitik, alat tulis menulis, LPS dan
3.2.2. Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah tanaman sinyo nakal.

3.3    Pelaksanaan Praktilum
1.      Di ukur panjang internode tanaman sinyo nakal yang tidak terkena cahaya matahari dan yang terkena cahaya matahari, masing-masing 5 kali ulangan.
2.      Diambil 5 helai daun sinyo nakal yang terkena cahaya matahari dan tidak terkena cahaya matahari.
3.      Ditimbang berat masing-masing daun sinyo nakal dengan timbangan digital.
4.      Diukur luas masing-masing daun sinyo nakal.
5.      Di hitung nilai LDS daun dengan menggunakan rumus :
6.      Diamati intensitas warna masing-masing daun dengan menggunakan BWD.



BAB IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil Pengamatan
Tabel 1. Tanaman sinyo nakal yang terkena cahaya matahari
No
Luas daun
Warna Daun
B erat Daun
LDS
Panjang Internode
1
6,61
5 GY  5/8
0,09
73,44
3
2
6,48
5 GY  6/8
0,08
81
2,6
3
7,11
5 GY  6/8
0,11
64,69
2,2
4
6,56
5 GY  5/8
0,12
54,67
2,9
5
5,13
5 GY  6/8
0,07
73,28
3,1
Rata-rata
6,378

0,094
69,416
2,76

Tabel 1. Tanaman sinyo nakal yang tidak terkena cahaya matahari
No.
Luas Daun
Warna Daun
Berat Daun
LDS
Panjang Internode
1
5,94
7,5 GY  4/6
0,07
84,86
4,4
2
6,89
7,5 GY  4/6
0,12
57,42
6
3
6,95
5 GY  4/5
0,09
77,22
4,1
4
5,66
7,5 GY  4/4
0,07
80,86
4,5
5
6,10
5 GY  4/6
0,07
87,14
9
Rata-rata
6,308

0,084
77,5
5,6

4.2    Pembahasan
Sinyo nakal memiliki daun berbentuk oval atau elips, agak bergelombang tepinya, tersusun berpasangan, warnanya mulai dari kuning cerah hingga hijau agak pekat, tergantung spesies dan lingkungan tumbuh (lebih terang, warna daun lebih cerah). Bunga berwarna biru sampai ungu dengan rona putih, tersusun dalam satu cabang yang keluar dari ketiak cabang atau ujung cabang, berbunga sepanjang tahun.
Penyinaran adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup didunia. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, penyinaran sangat menentukan proses fotosintesis. Penyinaran jugamemiliki pengaruh yang berbeda – beda pada setiap jenis tanaman. Tanaman memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari. Selain itu, setiap jenis tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran dalam satu hari yang diterima tanaman. Perbedaan respon tumbuhan terhadap lama penyinaran atau disebut juga fotoperiodisme, menjadikan tanaman dikelompokkan menjadi tanaman hari netral, tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek.
Kekurangan sinar matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang tanaman akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau ). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya atau tanaman berada di tempat yang gelap.
Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan antara daun yang terkena cahaya matahari dan tanpa penyinaran. Daun yang terkena cahaya matahari dengan yang tidak terkena cahaya memiliki perbedaan yang cukup signifikan pada rata-rata LPS dan panjang internodenya. Pada LPS yang terkena cahaya memiliki rata-rata 69,416 sedangkan LPS yang tidak terkena sinar matahari rata-ratanya 77,5. Sedangkan panjang internode yang terkena cahaya matahari memiliki rata-rata yang lebih kecil yaitu 2,76 dibandingkan yang tidak terkena sinat matahari yaitu 5,6. Pada rata-rata diameter daun dan B. daun tidak terlalu besar perbedaanya, pada diameter daun mempunyai perbedaan berkisar antara 0,070 sedangkan pada B daun 0,010.
Pada tanaman sinyo nakal dau tanaman saling menutupi yang dikarenakan percabangan tanaman yang banyak dan cepat pertumbuhannya. Pertumbuhan daun sinyo nakal dipengaruhi oleh jumlah intersitas cahaya dan kualitas cahaya yang diterima, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan lebih baik. Pada tanaman sinyo nakal yang terkena cahaya matahari lebih rimbun dibandingka tanaman sinyo nakal yang tidak terkena cahaya matahari, ini dikarenakan pada tanaman sinyo nakal yang terkena cahaya dapat lebih mudah untuk melakukan proses fotosintesis.






BAB V.  KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Penyinaran berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman yang kekurangan penyinaran dapat menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang tanaman akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau ).
2.      Sinyo nakal yang berada pada tempat yang terkena cahaya matahari memiliki warna daun yang lebih cerah/terang dibanddingkan dengan yang tumbuh pada tempat yang tidak terkena cahaya.
3.      Rata-rata diameter daun memiliki perbedaan yang tidak terlalu besar, kisaran diameter daun sekitar 0,070 dan berat daun sekitar 0.010.
4.      Panjang internode pada sinyo nakal yang terkena cahaya matahari lebih pendek dibandingkan dengan sinyo nakal yang berada pada tempat teduh.


 DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015. Sinyo nakal. http. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm diakses pada hari sabtu tanggal 13 june 2015
Djakfar, Z. 1990.Dasar-dasar Agronomi. Jakarta: Gramedia
Oren,  Justice. 2002.  Intensitas Cahaya Matahari. Jakarta: Grafindo Persada.
Tajuddin. 2011. Jago Biologi SMA. Jakarta Selatan : Kaifa.
Thompson, N (2007). "Poisonous Plants in Australia: Enabling consumers to buy safe plants. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Tjitrosomo,S. 1983. Botani Umum I.  Bandung:  Angkasa Bandung.






CARA PENGENDALIAN AGROEKOSISTEM UNTUK PENERAPAN TEKNIK PENGENDALIAN HAYATI (Introduksi, Augmentasi, Inundasi, Dan Konservasi)

UPAYA PENGENDALIAN AGROEKOSISTEM UNTUK PENERAPAN TEKNIK PENGENDALIAN HAYATI
(Introduksi, Augmentasi, Inundasi, Dan Konservasi)


1.    Introduksi
Introduksi yaitu menambah atau memasukkan populasi musuh alami yang digunakan dalam jumlah banyak untuk pengendali baik sebagai parasitoid, predator maupun pathogen. Tujuannnya adalah mengembalikan keseimbangan dengan mengintroduksi ke dalam lingkungan baru musuh alami dari invasive species. Upaya pengendalian agroekosistem yang dapat dilakukan agar keseimbangan ekosistem tetap terjaga adalah dengan menerapkan system pertanian polyculture. Pada system pertanian policulture ini persebaran hama dan penyakit dapat dicegah karena biasanya hama dan penyakit hanya menyerang satu spesies saja. Bahkan jika yang ditanam hanya satu spesies, asalkan memiliki strain yang berbeda, persebaran hama dan penyakit dalam satu lahan dapat dicegah.
Upaya lainnya yaitu menerapkan system pengendalian hama terpadu (PHT), dimana penggunaan pestisida kimiawi merupakan alternatif terakhir untuk pengendalian hama penyakit. Selain itu, mencegah praktek pertanian yang mengganggu kelestarian musuh alami, seperti pengolahan tanah yang justru mematikan musuh alami yang berlindung atau berpupa di dalam tanah juga sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

2.    Augmentasi
Teknik Augmentasi adalah upaya peningkatan jumlah dan pengaruh musuh alami yang sebelunya telah berfungsi di ekosistem tersebut, baik dengan cara pelepasan sejumlah tambahan baru maupun dengan cara memodifikasi ekosistem sedemikian rupa sehingga jumlah dan kemamgusan musuh alami dapat ditingkatkan. Musush alami hama khususnya dalam pertanian modern sangat tertekan karena praktek budidaya yaitu cara pengolahan tanah, penggunaan pestisida kimia, dan modifikasi habitat sekitar lahan pertanian.
·                     Pengolahan tanah yang intensif dapat menekan serangga predator generalis yang hidup dipermukaan tanah sebagai anggota masayarakat artropoda tanah.
·                     Pestisida kimia khususnya insektisida mempunyai dampak yang sangat merugikanbagi keanekaragaman hayati serangga termasuk artropoda predator dan parasit, terutama insektisida yang berspektrum luas.
·                     Habitat disekitar lahan pertanian juga merupakan tempat pengungsian bagi banyak serangga predator dan parasitoid jika kondisi lahan pertanaman berubah drastic seperti waktu panen dan bera. Habibat ini juga merupakan habitat bagi mangsa atau inang alternative musuh alami, juga penyedia makanan tambahan seperti nectar dan tepungsari.

3.    Inundasi
Inundasi adalah pelepasan musuh alami secara masal dengan maksud agar musuh alami dapat berfungsi seperti insektisida hayati yaitu cepat dapat menekan populasi seperti insektisida dalam hal ini yang digunakan adalah musuh alami. Hal itu dilakukan ketika populasi hama membutuhkan penanganan yang cepat sehingga pembanjiran musuh alami dalam jumlah besar di areal pertanaman sangat diperlukan, umumnya adalah aplikasi bioinsektisida (BT, Virus, dll.) atau parasitoid seperti Trichogramma spp.
Pada dasarnya, inundasi merupakan bagian dari teknik pengendalian secara augmentasi sehingga upaya pengendalian agroekosistem yang dapat dilakukan juga tidak jauh berbeda dengan augmentasi, yaitu terkait praktek budidaya yang meliputi cara pengolahan tanah, penggunaan pestisida kimia, dan modifikasi habitat sekitar lahan pertanian.

4.    Konservasi
Upaya pengendalian agroekosistem yang terkait dengan konservasi musuh alami antara lain dapat dilakukan dengan modifikasi lingkungan, menyediakan inang alternatif, perbaikan sinkronisasi musuh alami-hama dan mencegah praktek pertanian yang mengganggu kelestarian musuh alami, tujuannya adalah untuk menghindari tindakan-tindakan yang dapat mengganggu kelestarian kelestarian populasi musuh alami, misalnya dengan memakai sistem tanam yang lebih beraneka ragam, menanam dan melestarikan tanaman berbunga sebagai makanan dari musuh alami, menekan pemakaian pestisida yang berlebihan, melestarikan tanman liar yang mendukung inang alternatif parasitoid atau mangsa alternatif predator.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah praktek pertanian yang mengganggu kelestarian musuh alami, seperti pengolahan tanah yang justru mematikan musuh alami yang berlindung atau berpupa di dalam tanah, Lahan yang bersih dari gulma, miskin sumber pakan alternatif baik nektar, polen maupun inang alternatif. Pembakaran sisa-sisa tanaman seperti jerami padi dapat membunuh musuh alami yang berada pada jerami tersebut. Panen serentak juga dapat menghambat perkembangan musuh alami di lahan, oleh karena itu tanaman tumpang sari sangat baik untuk tetap mempertahankan penyediaan pakan yang diperlukan oleh musuh alami.
Penggunaan pestisida kimiawi dapat mengganggu keseimbangan populasi hama dan musuh alaminya terutama penggunaan pestisida yang berlebih. Dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida kimiawi antara lain hama menjadi resisten, terjadinya resurgensi hama sekunder, berdampak buruk terhadap lingkungan karena dapat menyebabkan terjadinya pencemaran baik pencemaran udara, air maupun tanah. Pestisida kimiawi tidak hanya membunuh hama sasaran, tetapi juga dapat membunuh musuh alaminya.